MEMO, Jakarta: Penggunaan kantong plastik sekali pakai sebagai pembungkus daging kurban menjadi perhatian serius bagi Pemerhati Polusi dan Perkotaan WALHI Nasional, Abdul Ghofar.
Ia menyoroti bahwa penggunaan kantong plastik ini berulang kali menimbulkan persoalan lingkungan yang signifikan.
Angka penggunaan kantong plastik yang terus meningkat setiap tahun menjadi ancaman serius bagi ekosistem kita.
Dalam perbincangan dengan Pro 3 RRI, Abdul menekankan pentingnya mengadopsi solusi ramah lingkungan seperti menggunakan dedaunan sebagai pengganti kantong plastik sekali pakai.
Kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan kantong plastik telah meningkat, namun tantangan penurunan sampah plastik dan upaya mencapai pertumbuhan bisnis berkelanjutan masih memerlukan langkah lebih lanjut.
Solusi Ramah Lingkungan: Menggunakan Dedaunan sebagai Pembungkus Daging Kurban
Abdul Ghofar, seorang Pemerhati Polusi dan Perkotaan dari WALHI Nasional, mengungkapkan keprihatinannya terhadap penggunaan kantong plastik sekali pakai sebagai pembungkus daging kurban.
Angka Penggunaan Kantong Plastik Meningkat: Data dan Tantangan Lingkungan
Menurutnya, penggunaan kantong plastik tersebut menyebabkan masalah lingkungan yang sering terjadi berulang kali.
“Dalam setahun, jumlah penggunaan kantong plastik meningkat secara signifikan. Pada tahun lalu, angkanya mencapai 12 juta ton,” kata Abdul dalam wawancara dengan Pro 3 RRI pada Jumat (30/6/2023).
Dia menjelaskan bahwa setiap Iduladha, masalah penggunaan kantong plastik sering muncul karena daging kurban masih dibungkus menggunakan kantong plastik sekali pakai.
“Seharusnya kita mengikuti contoh para leluhur kita yang 20 hingga 30 tahun lalu menggunakan dedaunan seperti daun jati dan daun pisang untuk membungkus daging kurban, karena itu ramah lingkungan,” ucapnya.
Abdul juga menjelaskan dampak dari penggunaan kantong plastik sekali pakai. Jika tidak dikelola dengan baik, kantong plastik tersebut akan mencemari lingkungan.
“Hal ini dapat mencemari sungai, laut, dan lain sebagainya,” katanya.
Menurutnya, sampah plastik tidak akan terurai selama ratusan tahun. Bahkan, Abdul berpendapat bahwa sampah plastik tersebut bisa termakan oleh ikan.
“Akhirnya, sampah plastik ini akan kembali kepada kita melalui konsumsi ikan,” kata Abdul. Dia juga mengungkapkan bahwa plastik mengandung zat adiktif seperti ftalat, adipat, dan Bisfenol-A.
Akses Gratis tiap pekan, Majalah Memo digital, e-Book Memo dan e-Course Memo Talenta , via Group WA Klikdisini, atau TELEGRAM Klikdisini