Musim Kemarau 2023: Waspada Terhadap Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan

Berita, nasional61 Dilihat

Harian Memo.com

MEMO, Jakarta: Musim kemarau telah tiba di tahun 2023, dan masyarakat diingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) serta risiko kekeringan.

Menurut PLT Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, sejauh ini telah tercatat 131 kejadian Karhutla dalam periode 2 hingga 3 bulan terakhir.

Meskipun belum meluas secara luas, penting bagi kita untuk memahami dampaknya dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Data Terbaru: 131 Kejadian Karhutla dalam 2-3 Bulan Terakhir

Masyarakat diminta untuk berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) saat memasuki musim kemarau tahun 2023. Hal ini disampaikan oleh Abdul Muhari, Pejabat Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Kita saat ini sudah memasuki bulan Juni yang merupakan awal musim kemarau. Ada dua hal yang harus diwaspadai, yaitu Karhutla dan kekeringan,” ujar Abdul Muhari dalam keterangan resminya pada Selasa (13/06/2023).

Abdul Muhari juga menyampaikan bahwa dalam periode 2 hingga 3 bulan terakhir telah terjadi 131 kejadian Karhutla. Namun, dampak dari kejadian Karhutla tersebut belum merambat secara luas.

“Data menunjukkan bahwa terdapat 27 kejadian bencana yang terjadi pada tanggal 5 hingga 11 Juni 2023. Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya adalah kejadian Karhutla di wilayah Sumatera, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan,” tambah Abdul.

Variabilitas Cuaca di Musim Kemarau 2023: Kemarau dan Potensi Banjir dalam Wilayah Terbatas

Abdul mengingatkan bahwa meskipun terjadi kemarau, ada kemungkinan terjadinya banjir akibat adanya variasi cuaca lokal. Oleh karena itu, pemerintah daerah (Pemda) diharapkan untuk memperhatikan kedua jenis bencana tersebut.

“Meskipun musim kemarau, ada daerah yang berpotensi mengalami kekeringan seperti Kabupaten Bogor, sementara Kota Depok mengalami banjir. Dalam wilayah yang tidak terlalu luas, bisa terjadi dua fenomena yang berlawanan,” jelas Abdul.

Abdul juga mengakui bahwa meskipun curah hujan tidak begitu tinggi, hujan tersebut dapat membantu mengurangi dampak dari Karhutla. “Misalnya, ketika terjadi Karhutla di Karo, Sumatera Utara, dan kemudian turun hujan, itu akan memberikan bantuan,” kata Abdul.

Dalam konteks ini, Abdul berharap agar cuaca tahun 2023 tidak terlalu kering dan terdapat awan hujan sehingga tidak menyebabkan kekeringan. Selain itu, awan hujan juga dapat membantu memadamkan Karhutla.

“Secara jangka panjang, kita perlu mencari solusi permanen, seperti preservasi air. Ketika musim hujan, kita bisa menyimpan air di daerah resapan yang memiliki vegetasi yang memadai, sehingga ketika musim kemarau tiba, air tersebut dapat mengalir,” papar Abdul.

Dalam beberapa bulan terakhir, telah terjadi sejumlah kejadian Karhutla yang perlu diwaspadai saat memasuki musim kemarau tahun 2023.

Meskipun dampaknya belum merambat secara luas, ditemukan 27 kejadian bencana di beberapa wilayah seperti Sumatera, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Namun, perlu dicatat bahwa cuaca lokal juga memiliki variabilitas yang dapat mengakibatkan banjir meskipun musim kemarau.

Oleh karena itu, pemerintah daerah diharapkan untuk memperhatikan kedua ancaman tersebut. Dalam jangka panjang, penting bagi kita untuk mencari solusi permanen seperti preservasi air agar dapat mengatasi tantangan yang muncul selama musim kemarau, mengurangi dampak Karhutla, dan meminimalisir risiko kekeringan.

 

Akses Gratis tiap pekan, Majalah Memo digital, e-Book Memo dan e-Course Memo Talenta , via Group WA Klikdisini, atau TELEGRAM Klikdisini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *