NGANJUK, MEMO – Kekeringan yang melanda areal pertanian di berbagai daerah di Kabupaten Nganjuk di musim kemarau saat ini memaksa petani harus memutar otak untuk menyelamatkan tanaman padi milik mereka. Tentunya soal kebutuhan air.
Untuk lahan yang lokasinya jauh dari saluran irigasi, para petani hanya menggandalkan mesin desel sebagai alat penyedot air dari sumur sumur kecil untuk mencukupi kebutuhan air tanaman.
Tidak bisa dipungkiri, dengan menggandalkan mesin desel tentunya para petani harus merogoh kocek lumayan tebal. Karena untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) yang tidak sedikit guna menghidupkan mesin pompa. Hal itu dipastikan membuat petani dibuat pusing tujug keliling.
Untuk menghemat biaya, seorang petani di Kecamatan Patianrowo tepatnya di Dusun Bangsiwil Desa Bukur , Andri , memiliki inovasi unik yaitu dengan memanfatkan tabung gas LPG 3 kiligram sebagai pengganti BBM jenis pertalite.
” Untuk satu tabung gas LPG bisa digunakan sampai 12 jam sekali pakai. Kalau memakai BBM jenis Pertalite hanya mampu bertahan 2 jam saja. Kalau dikalkulasi biayanya jauh lebih hemat pakai LPG,” ujar Andri.
Dengan kreativitasnya, Andri memodifikasi mesin diesel penyedot air yang semestinya berbahan bakar pertalite menjadi berbahan bakar gas elpiji. Untuk modifikasi mesin itu, biaya yang harus dikeluarkannya sangat murah, yakni Rp 55 ribu.
Uang Rp 55 ribu itu digunakan Andri untuk membeli onderdil tambahan seperti regulator, stop kran, selang dan klip pengunci selang. Tak sulit untuk mendapatkan onderdil-onderdil tambahan tersebut. Barang-barang itu bisa dengan mudah dibeli di toko, swalayan bahkan pasar tradisional.
“Onderdil-onderdil itu hanya perlu dirangkai hingga saling berhubungan. Tapi cara itu tidak sampai merubah komposisi mesin secara keseluruan,’’ kata Andri.
Setelah terangkai dengan baik, mesin pompa penyedot air berbahan bakar gas elpiji pun siap digunakan. Daya sedot mesin itupun tak kalah jika dibandingkan dengan mesin pompa berbahan bakar pertalite.
Untuk mengairi sawahnya, petani muda ini membutuhkan waktu penyedotan sekitar tujuh jam. Selama penyedotan air itu, mesin pompanya menghabiskan sekitar tujuh liter premium. Namun dengan menggunakan mesin pompa air berbahan bakar gas elpiji, hanya membutuhkan satu tabung gas elpiji.
“Jadi lebih irit tiga kali lipat dibandingkan menggunakan bahan bakar pertalite, ’ tutur Andri. ( adi )
Akses Gratis tiap pekan, Majalah Memo digital, e-Book Memo dan e-Course Memo Talenta , via Group WA Klikdisini, atau TELEGRAM Klikdisini